Sarjana itu pintar atau bodoh? bisa jadi seorang sarjana itu ahli dalam bidang ilmu yang ditekuni. Namun disisi lain bisa jadi tidak mengerti dalam hal-hal lainya.
Contoh sederhananya begini, seorang lulusan sarjana teknik sipil yang sedikit banyak mengerti ilmu teknik bangunan bisa jadi tidak tahu caranya memasak sayur lodeh terutama bagi kaum pria. Jadi ia tetap punya sisi kebodohan dalam hal ilmu memasak.
Contoh kedua seorang sarjana hukum itu ahli dalam menghafal pasal undang-undang, namun untuk menghitung material bangunan bisa jadi ia tetap membutuhkan orang lain entah itu seorang engineer, lulusan SMK bangunan atau yang lainya.
Definisi pintar dan bodoh menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI)
pintar/pin·tar/ a 1 pandai; cakap: ia termasuk anak yang — di kelasnya; 2 cerdik; banyak akal: rupanya pencuri itu lebih — daripada polisi; 3 mahir (melakukan atau mengerjakan sesuatu): mereka sudah — membuat baju sendiri;
bodoh/bo·doh/ a 1 tidak lekas mengerti; tidak mudah tahu atau tidak dapat (mengerjakan dan sebagainya): anak ini — benar, masakan menghitung lima tambah lima saja tidak dapat; 2 tidak memiliki pengetahuan (pendidikan, pengalaman): penjajah sengaja membiarkan rakyat — agar mudah diperintah; 3 cak terserah (kepadamu): kalau tidak menurut nasihatku, –;
Dari arti kata diatas terlihat bahwa arti pintar itu diantaranya adalah mahir melakukan sesuatu, sedangkan bodoh itu juga berarti tidak memiliki pengetahuan, pendidikan atau pengalaman.
Sedangkan kita sebagai manusia tidak mungkin tahu atau berpengalaman dalam segala hal.
Bagi sarjana yang merasa paling pintar dibanding orang lain, coba jawab pertanyaan sederhana ini!!!
- Berapa jumlah rambut di kepalamu?
- Berapa jumlah ikan di lautan indonesia?
- Seperti apa wajah calon anak atau keturunanmu?
- Kapan dunia ini akan kiamat?
Dijamin jawabanya pasti “tidak tahu” kalaupun bisa menjawab pasti tidak tepat 🙂
Jadi marilah kita jadikan pengenalan tentang sisi kebodohan itu sebagai bekal untuk koreksi diri, juga sebagai penyemangat agar lebih giat dalam menuntut ilmu sehingga bisa lebih banyak berkarya dalam hidup ini. Tuntutlah ilmu setinggi langit, karena dengan ilmu maka hidup menjadi mudah.
Merasa diri punya sisi kebodohan juga bisa menjadi media pemersatu dalam kehidupan bermasyarakat karena pada hakekatnya kita ini saling membutuhkan, terutama dalam hal yang tidak bisa.
Bagi yang tidak setuju atau sependapat bahwa “sarjana itu selain pintar juga bodoh” silahkan memberikan koreksi, kritikan, saran atau masukan dibawah 🙂
sip.. top markotop…
Aduh ini tamparan buat kita . guru privat
Saya setuju sekali dengan artikel anda, Kita semua adalah orang bodoh yang mencari ilmu di Perguruan tinggi. Walaupun kita lulus dengan angka kumlaud kita tetap bodoh di lingkungan kerja, tetapi justru karena kita bodoh kita terus belajar dan terus berkarya, tidak berlaku sombong dan justru bisa lebih baik daripada yang mengaku pintar.
setuju sekali tak ada sarjana yg tak bodoh ,bukti tamat tk masuk ke sd,smp,sma,pt. sudah S1 ke S2lagi S3, Prof,kerena rotasi kembali ke tk dan bayi akhirnya mati. h he he pertanggung jawaban memakai dunia
sangat setuju sekali artikel anda sangat bermanfaat untuk berfikir untuk mengoreksi diri ini,karena jika kita mengaku pintar tapi jika tidak ada buktinya justru akan jadi bahan ketertawaan orang lain,tapi jika kita masih bodoh maka banyak sekali orang yang akan membimbing kita,memberikan semua ilmu mereka. semangat untuk tidak sombong…
setuuju mas…………………………………sarjana…………………emang pada bodoh……………kecuali orang yang mengamalkan ilmunya….
mas….ko artikelnya tidak bisa di download….knp…?
orang bodoh ingin belajar = pintar
orang pintar tidak mau berbagi = bodoh
bagus sekali, mudah2an bermanfaat bagi penulis pembaca dan semua orang, karena sarjana tidak harus kuliah… Biarlah mereka berjalan dibidangnya masing2
stuju..
Mungkin yang dimaksud bodoh di sini adalah kekurangan. Setiap manusia itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan demikian, semua manusia yang bergelar sarjana pasti memiliki kebodohan (KEKURANGAN).
saya lebih setuju dengan kritikannya , dari pada artikel.
yang pintar itu yang gimana mas?arsitek aja bisanyah menggambar,prakteknya kan blum tentu.jadi pd intinya mnusia itu ad kekurangan dan kelebihan .
benar sekali, tidak ada yang pintar 100% tapi juga tidak ada yang bodoh 100%
kurang stuju mas..
ga ada orang bodoh, yang ada orang malas..
menjudge orang lain adalah perbuatan terbodoh yang pernah ada
ga usah serius serius
hehe… ga usah men-judge orang lain, koreksi diri sendiri sebelum anda dikoreksi orang lain
btw yg anda katakan bahwa “Muhammad adalah orang pintar” saya sangat tidak setuju, pertama artikelnya bagaimana tidak ada buktinya, kedua hal2 apa yg sudah diaplikasikannya kepada dunia sehingga membuat dunia lebih baik ??, ketiga apakah anda sudah membandingkannya dengan orang2 lain ? sadarlah bahwa dunia ga hanya sebesar kehidupan Muhammad.. masih sangat luas dibanding itu… sebaiknya jadilah ikan kecil di lautan yg luas dibanding ikan besar yg berada di empang
dan lagi anda mengatakan : kebodohan hanya masalah pada yg terlihat maupun tidak, dan anda menyarankan agar menyembunyikan kebodohan tersebut, terlihat jelas bahwa anda seorang yg jaga image ?!? bagi saya kebodohan merupakan problem, yg berujung bahwa semua problem harus dibenahi, jangan malah ditutupi
yang mengatakan Nabi muhammad tdk pintar dia akan menyesal di kemudian hari.
yyyaa coba yang sudah sarjana merapat dulu….
Kuliah di Indonesia itu sebenarnya dapat apa sih … sedangkan sebagian besar dosen yang ngajar di universitas-universitas di Indonesia itu rata2 berpikiran kotor dan kapitalis.
INILAH DIALEKTIKA, ADA ARTIKEL, ADA KRITIKAN, JUGA ADA MASUKAN. TOP DAH
INILAH DIALEKTIKA, ADA ARTIKEL, ADA KRITIKAN, JUGA ADA MASUKAN. TOP DAH
INILAH DIALEKTIKA, ADA ARTIKEL, ADA KRITIKAN, JUGA ADA MASUKAN. TOP DAH
INILAH DIALEKTIKA, ADA ARTIKEL, ADA KRITIKAN, JUGA ADA MASUKAN. TOP DAH
Berdasarkan metodologi penulis dapat disimpulkan lebih lanjut bahwa semua sarjana Indonesia masuk angin permanen.
“Muhammad” ?? Siapa yg kamu maksud??
orang bodoh mengatakan setuju
Sama sekali ini artikel tidak bermanfaat, buang buang waktu membacanya, anda terlihat sama saja seperti orang yg tidak punya rasa percaya diri.
Sy TIDAK setuju dgn artikelmu kalau sarjana di Indonesia semua bodoh,
SaDAaarrr…ki ,,, coy !!
Semua sarjana di INDOnesia Pintar. Yg bodoh itu adalah orang tak mengenal dirinya…
setuju, untuk title biar lebih mudah direstuin calon mertua 😀
sarjana itu tidak bodoh hanya kurang pintar saja
Kalau menurut aye sarjana yg bodoh dan yg pinter kita lihat pada hasil kerja nye apa udah betul… tul, atau ngak,coba yg udah betul gimana apa looo masih juga bilang bodoh brooo, jadi kesimpulan nyaaa kalau ngomong jangan sembarangan itu fitnah brooo,maka hati hati kalau ngomong, mulut mu haraimau bagi mu kata nenek aye broo Trims… artiket brooo bagus aye senang kalau ngk kek gini ngak reme ….terus artikelnya jagan nyerah tetap semangat, salam dari aye…
saya tidak setuju dengan artikel anda,,,,karna jadi sarjana bagi saya tidak seenak mulut ngomong dan suara yang mengonggong, memang IPK bukanlah dasar dari kepintaranya, tapi hadia karena kesetiaanya dalam maksanakan semua tugas kampus, kalau sekolah tidak merubah seseorang kenapa harus ada, anda bisa menulis,,, karena sekolah kan/belajar, anda bisa menulis artikel ini pastinya sekolah donk walau hanya SD, para penemu dunia bukan dari buta huruf, tapi ada para guru yang membelajarkan mereka, dalam sejarah tidak dituliskan, itulah kenapa guru dikenal pahlawan tanpa tanda jasa, menurut saya pantas jika mereka mengejar jadi pegawai negri sipil, atau bekerja di perusahaan terkemuka, kan mana ada orang bodoh lulus tes, INGAT pintar itu bukan soal intelektual saja!!! tapi masih ada apek lain antara lain SQ, EQ,dan PQ, nah kalau hanya IQ yang pintar, Jadinya seperti anda bobrok menulis gak mikir, Karena orang bodoh lah yang mengatakan orang lain bodoh, karena dia tidak pernah mengerti.
Ngak semua. Tapi banyak
Ketidaktahuan bukan berarti bodoh….
4pertanyaan di atas pun kalo pun bisa dijawab toh tdak ada artinya..,..
wkwkwk yg tidak setuju berarti sarjana bodoh :v
kalau menurut saya ini adalah artikel yg berisi rasa kekesalan dari si penulisnya sndiri, semacam rasa frustasi trhadap suatu hal namun tidak bisa mengatasi kefrustasiannya kalo bahasa anak gaulnya “gk bisa move on”
Good job Artikel beserta komentarnya. Sangat bermanfaat untuk ane mengoreksi diri ane sendiri.
masih banyak orang yang tidak memahami isi dari pesan diatas
Semuanya bodoh yg pintar cuma yg nulis artikel ini haha..
Namanya tulisan sih biasanya bentuk pengalaman atau ekspresi diri kecuali klo tulisannya buat karya ilmiah.
Tidak ada hasil data valid yg menunjukkan seluruh sarjana Indonesia bodoh, ya berarti hanya sekedar asumshit belaka.
Asal anda tau, orang-orang yg berhasil jadi sarjana itulah mereka yg berhasil melawan rasa malasnya! Bayangin aja.. skripsi ditolak / direvisi berkali2 sampe dibelain begadang, dosen pembimbing susah ditemui, laptop rusak, blm hambatan lainnya tp masih aja mau lanjutin skripsinya, emang segampang yg nulis??
saya gak terima klo dikatakan bodoh, tp yg ada MALAS!
Mungkin ini salah satu penyebab banyak orang berpendidikan & berkompeten di Indonesia kabur ke luar negeri, karena kurang dihargai di negeri sendiri!
Mengkritisi emang lebih gampang daripada menghargai haha..
Artikel ini terkesan membenarkan kebodohan, padahal secara jelas dalam hadits, Nabi Muhammad mencela umatnya yang bodoh apalagi dalam urusan agama sehingga menyuruh umatnya jangan berdebat dengan mereka (yang bodoh), jangankan nabi, Allah saja mencela orang orang bodoh, di alquran juga kita diwajibkan memiliki pengetahuan terutama masalah agama, tapi yang terjadi malah sebagian besar manusia mendukung kebodohan / kejahilan dengan alasan yang macam2. Terus kembali ke judul artikelnya, ada point yang mengatakan bahwa “tidak semua orang bisa menguasai/pintar bidangnya” Terus apakah orang yang memaksakan diri masuk ke jurusan kuliah yang dia sama sekali buta semua mata kuliah ambil contoh fisika, kimia, atau matematika, kemudian berhasil jadi sarjana gara2 cuma rajin ngerjakan tugas, cari muka di depan dosen agar diluluskan, ujian nyontek, lulus hanya modal skripsi dan IPK tinggi tanpa peduli paham tidaknya materi, itu bukan termasuk kebodohan? atau jangan2 malah justru tidak Terima dan akhirnya membuat alasan itu?