Quo Vadis Rekayasa Jalan Raya

“I am learning all the time. The tombstone will be my diploma”. –Eartha Kitt

Perkembangan teknologi jalan raya dimulai dari sejarah perkembangan manusia yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berkomunikasi. Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak jauh dan dekat. Maka dalam membuat jalan mereka berusaha mencari jarak yang paling dekat dengan mengatasi rintangan – rintangan yang masih dapat mereka atasi. Menurut Undang-undang Jalan Raya No.13/1980 : jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas.

Berdasarkan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.13/1970, fungsi jalan terdiri dari jalan utama yaitu melayani lalu lintas tinggi antara kota-kota penting, sebagai jalan sekunder yaitu melayani lalu lintas yang cukup tinggi antara kota-kota penting dan kota-kota yang lebih kecil serta sekitarnya, dan sebagai jalan penghubung yaitu untuk keperluan aktivitas daerah yang juga dipakai sebagai penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau berlainan. Pada perencanaan geometrik bermuatan standar perencanaan, perencanaan tikungan, pelebaran tikungan dalam perencanaan alinyemen horizontal.

Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari anyer di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur. Yang diperkirakan 1000 km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada akhir abad 18. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam paksa untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi.

Jalan Daendles tersebut belum direncanakan secara teknis baik geometrik maupun perkerasannya. Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada jaman keemasan Romawi. Pada saat itu telah dimulai dibangun jalan-jalan yang terdiri dari beberapa lapis perkerasan. Perkembangan konstruksi perkerasan jalan seakan terhenti dengan runtuhnya kekuasaan Romawi sampai abad 18.

Masalah Jalan Raya

Secara teknis masalah jalan raya berkisar pada konstruksi dan drainase. Drainase yang tidak baik akan menyebabkan umur jalan berkurang. Misalnya ketika Hujan turun lalu air meluap memenuhi badan jalan. Gerusan air di jalan ini membuat aspal menjadi terkelupas. Kalau sudah terkelupas maka siap-siap bagi para pengendara dan pengguna jalan lainnya untuk berhati-hati menghindari jalanan yang bolong-bolong. Jika bolong hanya satu dua dengan kedalaman tidak lebih dari 10 cm, lewat saja tetapi kalau sudah lebih dari 20 cm maka harus ekstra hati-hati. Kasus jalan bolong-bolong di konstruksi jalan yang besar terjadi di beberapa kota seperti sebut saja sebagian Kota Bandung, Kota Depok dan Cimanggis.

Hal ini menunjukan sistem drainase yang ada tidak terintegrasi sehingga aliran air hujan semrawut. Ini diperparah dengan makin berkurangnya daerah tangkapan air di kawasan konservasi karena pembangunan fisik yang tidak memperhatikan lingkungan.

Masalah kedua yang secara teknis berhubungan dengan konstruksi jalan adalah kapasitas kendaraan bermotor yang semakin bertambah setiap harinya. Lihat saja grafik penjualan mobil di Indonesia pada periode Mei 2009 yang mencatat angka tertinggi sejak Januari, yaitu 35.818 unit. Komposisinya, kendaraan penumpang 26.369 unit dan komersial 9.504 unit. Dibandingkan bulan sebelumnya, terjadi kenaikan 3,5 persen. Penjualan kendaraan penumpang naik dari 25.346 unit menjadi 26.369 unit atau 4 persen. Sedangkan komersial naik 2 persen, yaitu dari 9.265 unit pada April menjadi 9.504 unit Mei. Total penjualan mobil periode lima bulan 2009 mencapai 170.741 unit. Dengan ini pula, pada semester pertama 2009, diperkirakan penjualan mencapai lebih dari 200.000 unit. Sementara pada tahun 2010, Realisasi penjualan mobil domestik pada kuartal pertama 2010 melesat 73,3 persen, mencapai  173.989 unit dibanding periode sama tahun lalu  hanya 100.384 unit. (sumber kompas.com).

Dengan kondisi seperti itu, bisa diprediksi bagaimana jalan raya menerima beban yang sangat besar karena kenaikan pengguna jalan raya itu sendiri. Kemacetan dan bertambahnya volume kendaraan, memaksa kemajuan teknologi rekayasa jalan raya untuk terus berinovasi. Selain menambah lebar jalan seperti yang sudah dilakukan di jalan tol cikampek, juga pengaturan arus lalu lintas harus benar-benar diperhatikan. Ini menjadi tantangan bagi perencana jalan raya. (Iden Wildensyah/dari berbagai sumber)

oleh: Iden Wildensyah

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.