”Dunia sedang berada dalam ancaman pemanasan global” demikian kata senator Amerika, Al Gore. Ancaman pemanasan global melibatkan banyak faktor yang saling berhubungan. Demikian juga dengan perkembangan proyek konstruksi. Proyek konstruksi dianggap memiliki peran besar terhadap perubahan lingkungan di permukaan bumi ini, dimulai dari tahap konstruksi hingga tahap operasional tidak dapat terhindar dari pemanfaatan sumber daya alam yang jumlahnya semakin terbatas. Dampak lain yang timbul dari penggunaan fasilitas bangunan serta pemilihan material bangunan yang terkait dengan peningkatan suhu di bumi. Melihat dari peningkatan pemanasan global yang semakin memprihatinkan ini sudah saatnya proyek konstruksi perlu dikelola untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kerusakan lingkungan alam yang semakin parah. Keadaan inipun juga telah didukung dan dilindungi melalui peraturan-peraturan perundangan baik dalam skala lokal,nasional maupun internasional.
Sebaliknya, secara langsung pemanasan global juga berpengaruh pada kegiatan konstruksi. Pengaruh yang bisa dirasakan secara langsung dalam pekerjaan konstruksi salah satunya misalnya kendala cuaca. Cuaca yang sering berubah-ubah secara umum bisa menganggu proses konstruksi yang sedang berlangsung. Misalnya pada saat terjadi banjir, pengiriman logistik akan terganggu. Logistik yang tidak tepat waktu sampai di lokasi proyek akan menyebabkan waktu pengerjaan juga terganggu. Demikian juga pada saat pengerjaan, ketika prediksi waktu hujan dan kering yang berubah secara tidak langsung akan mempengaruhi waktu pengerjaan. Misalnya dalam skala kecil pengerjaan cor-coran, hujan akan membuat umur beton coran menjadi lama karena menunggu kering.
Pemanasan Global
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yang terus bertambah di udara, Hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya karbondiksida (CO2) dan chlorofluorocarbon (CFC). Yang terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.
Edwin dalam www.ristek.go.id (2007) mengatakan bahwa pemanasan global ditandai dengan dua hal yaitu meningkatnya suhu muka bumi dan naiknya permukaan laut. Selain disebabkan faktor alam, pemicu utama pemanasan global terjadi karena ulah manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam) yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya ke atmosfer yang dikenal dengan gas efek rumah kaca, yang seharusnya energi matahari dibuang atau dipantulkan ke angkasa malah disimpan di bumi. Ia mengatakan bahwa suhu permukaan bumi naik rata-rata 3°C per 100 tahun dan permukaan laut naik 3 cm per 100 tahun. Jika hal ini terus berkelanjutan maka bisa dipastikan bahwa bumi akan dilanda oleh kemarau yang berkepanjangan.
Solusi Konstruksi Berkelanjutan
Konstruksi berkelanjutan merupakan proses konstruksi yang menggunakan metode atau konsep, bahan bangunan yang tepat, efisien dan ramah lingkungan di bidang konstruksi. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai respon dalam penanganan pemanasan global. Dukungan diperlukan di bidang konstruksi adalah penerapan teknologi. Setiap proyek konstruksi membutuhkan berbagai sumberdaya proyek yang tidak dapat ditinggalkan, diantaranya adalah: bahan bangunan, metoda, alat, pekerja, uang. Kelima sumberdaya proyek yang tidak secara langsung mempengaruhi dalam implementasi proyek pembangunan berkelanjutan adalah uang, sedangkan empat lainnya berpengaruh langsung.
Dalam merencanakan dan merealisasikan pembangunan berkelanjutan diperlukan totalitas dari tim proyek dengan cara: (a) memperbaiki sistem perpindahan dan penyimpanan material serta mengurangi sisa material konstruksi; (b) mendaur ulang material seperti top soil, aspal, beton untuk bangunan baru; (c) menyiapkan persyaratan tata cara instalasi produk dan material untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan kualitas udara; (d) memberikan pelatihan yang intensif kepada subkontraktor tentang manajemen sisa konstruksi; (e) memperhatikan tingkat kelembaban pada berbagai aspek pada saat tahap konstruksi; (f) memperhatikan kekerasan tanah pada lokasi pekerjaan untuk menjamin tidak terjadinya erosi dan sedimentasi; (g) meminimalkan pengaruh tahap konstruksi, seperti pemadatan dan perusakan pepohonan dalam lokasi pekerjaan.