Taman Kota adalah ruang terbuka hijau yang harus bermanfaat bagi warga kota.
Haryoto Kunto menyebutkan di buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe, sedikitnya ada empat taman bersejarah yaitu Ijzerman Park (Taman Ganesha),Pieters Park (Taman Merdeka), Molukken Park (Taman Maluku), dan Insulinde Park (Taman Nusantara). Dan tidak sedikit juga taman-taman bersejarah yang sudah raib dari muka Bandung seperti halnya banyak bangunan bersejarah yang didemolisasi oleh para manusia yang berjiwa progresif revolusioner. (sumber miramarsellia.com)
Kota Bandung terdapat 604 taman kota. Sebanyak 240 taman menjadi tanggung jawab dinas pertamanan. Sisanya menjadi tanggung jawab masyarakat atau pengelola perumahan kata Arief Prasetya Sekretaris Dinas Pertamanan Kota Bandung dalam kompas 27/8/2009. Jumlah yang sangat banyak dan lumayan untuk menyegarkan sebuah kota yang luasnya hanya 16.729 hektar. Apalagi program terbaru yaitu menambah 30 % lagi. Sementara untuk petugasnya ada 120 petugas dinas pertamanan dalam enam kelompok yang bertugas menanam, menyiangi, mengairi, dan mengganti pohon mati. Petugas ini yang menjadi sangat berperan penting dalam menjaga keutuhan taman kota.
Ada yang menarik disini, Taman Kota yang dipagari. Saya menganggapnya sebagai usaha proteksi agar taman kota tetap asri. Hal ini berdasar pada banyaknya warga yang tidak memedulikan lingkungan. Mereka membuang sampah sembarangan dan merusak taman. Mereka berpikir, menjaga lingkungan bukan tugas mereka. Taman kota yang dipagari salahsatunya adalah Taman Cilaki. Taman Cilaki yang kini sudah berganti nama menjadi Taman Lansia terletak di samping gedung sate, depan gedung Geologi Bandung. Entah apa yang mendasari penggantian nama ini, yang pasti bagi saya, nama Taman Lansia tidak keren, masih keren dan terkenal Taman Cilaki.
Pada medio tahun 2000-2006, Taman Cilaki dipagari sebatas lutut saja dengan kawat-kawat. Dipagari untuk membedakan mana areal untuk taman dan mana areal untuk jalan. Maklum, di Taman Cilaki juga terdapat wisata berkuda untuk anak-anak. Mungkin dipagari agar kuda tidak masuk taman. Banyak acara-acara lingkungan yang dilaksanakan disana, ada lomba menggambar, fotografi dlsb. YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) misalnya, konsisten dalam kegiatan Pelita Kota (Pendidikan Lingkungan Taman Kota) pesertanya adalah para siswa dan mahasiswa. Kebanyakan pesertanya adalah para siswa, sementara mahasiswa menjadi pemandunya. Kegiatan ini biasanya beriringan dengan kegiatan peringatan hari bumi, ada pamerannya, ada lombanya, ada aksi-aksi lingkungan lainnya.
Memasuki tahun 2006 kesini, Taman Kota khususnya Cilaki sudah dipagari setinggi orang dewasa. Ada dua pintu masuk yang kecil diujung atas dan bawahnya taman. Akses masuk menjadi terbatas pada satu pintu saja, paling kalau nakal melewati celah yang ada disamping kiri dan kanan. Taman Kota menjadi begitu eksklusif, terbatas dan seolah bukan menjadi ruang terbuka lagi, dia menjadi ruang tertutup yang membatasi akses warga untuk beraktivitas. Pada satu titik berpikir positif, saya setuju taman kota di batasi dengan pagar agar terjaga keasriannya tetapi pada satu sisi juga saya menyayangkan karena taman kota menjadi angkuh, terbatas dan tidak menjadi ruang publik lagi. Akses yang terbatas lama-lama membuat warga semakin individualistik. Ruang bertegur sapa, ruang berkomunikasi sesama warga menjadi hilang karena taman kota dibatasi.
Yah, inilah warna taman kota di Bandung yang berdenyut karena dinamika. Taman Kota menjadi kebutuhan bagi warga agar tetap menjadi kota yang manusiawi ditengah gempuran mall-mall besar ditengah kota.
oleh: iden wildensyah
Ka…Tolong kirim 1 penyelesaian tentang perhitungan pagar…..maaf ka!!!