Mungkinkah lulusan SMK Bangunan ternyata lebih pintar dari sarjana teknik sipil? terutama ketika sudah sama-sama terjun ke masyarakat atau dunia industri. jawabanya mungkin saja terjadi, karena setelah lulus sekolah atau kuliah masih ada pengalaman yang akan menempa seseorang menjadi lebih pintar. Di indonesia kita pernah dengar mobil buatan anak SMK yang diperjuangkan untuk menjadi kendaraan nasional. kenapa bukan buatan sarjana teknik mesin yang dipromosikan untuk jadi mobil nasional. terlepas dari strategi marketing, bisa kita lihat bahwa ini adalah salah satu bukti bahwa di Indonesia banyak anak SMK yang sebenarnya jauh lebih ahli dibanding sarjana yang telah lulus kuliah diploma tiga, sarjana, pascasarjana atau doktor sekalipun. keunggulan lainya akan terlalu panjang bila disebutkan satu persatu. permasalahanya hanyalah keterbatasan peluang di indonesia yang cenderung lebih mementingkan ijazah daripada kemampuan. Jadi buat para alumni siswa SMK di seluruh Indonesia silahkan menunjukan bakat masing-masing, buktikan bahwa kalian lebih hebat dari para alumni kampus terkenal tapi berkemampuan biasa saja dan hanya bersembunyi dibalik gelar dan kebesaran nama kampus. mari coba kita lihat mungkinkah siswa SMK itu lebih cerdas dari sarjana mari kita uraikan beberapa alasanya.
Alasan kenapa lulusan SMK teknik bangunan lebih pintar dari sarjana teknik sipil
- Sekolah di SMK itu punya peluang besar habis lulus bisa langsung kerja, kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh warga yang kurang mampu dengan menyekolahkan anaknya di sekolah menengah kejuruan karena jika masuk SMA maka masih harus kuliah jadi ada kekhawatiran tidak mampu membayar biaya sekolah yang terbilang tinggi. padahal banyak anak dari keluarga tidak mampu yang punya kecerdasan tinggi,
- Karena berasal dari keluarga tidak mampu maka banyak alumni SMK yang kemudian terjun ke dunia kerja karena untuk menjadi pengusaha diperlukan modal yang kehadiranya harus dicari dulu misalnya dalam bentuk uang, ilmu, pengalaman,hubungan silaturahmi dan beberapa penunjang keberhasilan usaha lainya.
- Belajar dimasa anak-anak itu bagaikan mengukir pada batu, susah tapi hasilnya tetap awet tahan lama. sedangkan belajar dimasa tua ibarat mengukir di air, gampang tapi mudah juga hilangnya. padahal kita tahu bahwa siswa SMK sudah belajar teknik saat masih usia anak-anak sedangkan sarjana baru belajar saat usia dewasa atau bahkan tua karena bisa jadi saat anak-anak mengambil sekolah menengah umum.
- Banyak sarjana yang hanya ingin meraih gelar kampus terkenal dan IPK tinggi saja, karena syarat masuk PNS atau perusahaan bonafit harus dari kampus favorit dan IPK minimal sekian, jadi secara kemampuan itu urusan akhir bisa belajar sambil bekerja.
- Masing-masing manusia punya kelebihan dan kekurangan pada sisi tertentu, jadi pada kondisi tertentu maka siswa SMK lebih ahli dibanding sarjana.
- Lulusan sarjana diprogram untuk berada pada posisi tenaga manajemen, jadi banyak pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan sendiri atau keterbatasan waktu untuk mengerjakanya sehingga harus melibatkan alumni SMK agar bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut.
- Sarjana yang terlalu banyak belajar dari dosen atau profesi pekerja pengajar maka lulus kuliah kemungkinan besar menjadi pekerja, setinggi apapun jabatanya tetap saja menjadi bawahan. padahal tak sedikit pengusaha sukses dengan banyak karyawan sarjana ternyata hanya lulusan sekolah menengah, jadi siapa yang lebih pintar kalau begini.
- Anak SMK jurusan teknik mesin pasti lebih pintar dari sarjana teknik sipil dalam hal permesinan 🙂
Disini penulis bukan berarti pilih kasih dengan mengunggulkan anak SMK dan merendahkan sarjana, karena penulis juga lulusan SMK teknik bangunan sekaligus alumni sarjana teknik sipil. jadi perbandingan ini adalah murni netral dengan melihat situasi dan kondisi yang ada di indonesia sejak beberapa tahun lalu sampai saat ini, dan untuk masa depan bisa jadi sudah berubah dan semoga terjadi perubahan menuju yang lebih baik. Mohon maaf bagi para sarjana teknik sipil, jika tidak terima maka silahkan buktikan bahwa kemampuan kalian lebih hebat dari anak SMK, Bagi alumni SMK juga jangan terima kalau dianggap lebih bodoh dari sarjana. selamat berkarya bagi semua lulusan SMK maupun sarjana di seluruh indonesia dari sabang sampai merauke 🙂
Pembandingan yang tidak seimbang. Ada istilah “aple to aple” dalam membandingkan sesuatu. SMK /program diploma adalah pendidikan vokasional yang bertujuan untuk mneghasilkan lulusan “berketrampilan”, sedangkan program Sarjana adalah pendidikan akademik yang bertujuan menghasilkan lulusan yang mampu “mengembangkan” ilmu pengetahuan secara teoritis. Jadi kalau mau membandingkan silakan membandingkan pendidikan vokasional dengan pendidikan vokasional, bukan vokasional dengan akademik karena proses dan outputnya memang berbeda.
betulll. setuju bgt.
tetapi bagus juga kalau anak SMK/diploma melanjutkan ke Sarjana. brarti bisa dua2nya dong? 😛
ya udah yang sarjana ngalah.. semoga tmn2 alumni SMK bisa lebih berprestasi lagi dan ga perlu minder.
Yah yang penting saling membenahi diri dan berjuang untuk jadi yang terbaik. Maka persaingan ini menuju persaingan yang positif. Jangan jadikan persaingan yang negtif seperti halnya saling mengejek satu sama lain.
Tidak ada yang harus mengalah atau dikalahkan tapi harus bisa saling mengisi dan bekerja bersama.Saya jadi ingat salah satu kalimat yang diungkap oleh salah satu Menteri negeri ini…..
“……Kita akan selalu kalah dengan mereka negara maju,mereka lebih sibuk bekerja dan kita lebih sibuk dengan rapat dan diskusi…..”
Mari bekerja bersama !!!
smk ok seharusnya karena mereka dididik untuk bs langsung terjun ke lapangan selepas menyelesaikan sekolah,,,,,,
sarjananya jg lebih ok sebab beliau jg yang akan menganalisis kegiatan mereka dilapangan….
jd mereka saling mendukung dan saling mengisi satu sama lain untuk membangun negeri ini lebih baik…..
salam dari http://joko-harisiswanto-highway.blogspot.com
jawabannya simple. karena pemerintah sedang gencar2nya memajukan SMK.
bukan mslh knp yang dipromosikan bikin mobil itu anak smk, atau knp gak S1 teknik mesin.
jika dikatakan anak SMK lebih pintar drpd S1 mungkin 100:1. masak ada adik lebih tua daripada kakak kandungnya.
Memangsih orang-orang smk biasanya lebih bisa dalam terjun dilapangan malah kadang lebih bisa dibanding dengan orang-orang yang berasal dari perguruan tinggi tapi itu dulu maksud saya lulusan jaman masih di tulis STM bukan SMK, kalau sekarang lulusan SMK sama aja kagak bisa apa-apa kalau sudah dilapangan, itu yang sudah saya alami sendiri karena saya juga lulusan STM Pembangunan dan juga lulusan S1 (amin), jadi menurut saya tidak menjamin … he … he
jadi bangga saya jadi anak smk tekhnik gambar bangunan , tanx informasinya guru
Dulu di tempat kerja aku ada anak STM jurusan Mesin dia lebih pintar dari S1 Tehnik Sipil dari perguruan Tinggi ternama di Negeri ini, Semua PM buat laporan gemetaran bila berhadapan dengannya, sering dia berucap : percuma anak kuliahan tapi otak nol’ jadi saya ikut kena semprottt, maklum tiga perguruan tinggi aku jalani tapi semua droup out..Setelah aku terjun kelapangan baru aku tau mandor2x proyek yang mengajarinya dilapangan. Setelah dua bulan kerja di sana dia dan para mandor tak berkutik saya buat dilapangan sampai pengawas bagunan dari pemerintah, aku menggagalkan semua bisnis busuk mereka dilapangan’ jadi kejujuran sangat berperan penting cepatnya kita menyelesaikan sebuah pekerjaan, dan bagi para sarjana yang baru terjun di dunia kerja jangan takut dengan artikel ini anggaplah asah otak atau kematangan jiwa, saya juga tamatan STM bangunan masa dia lebih pintar dari saya yang terus rangking kelas (rangking 35 dari 35)hehehh….
statement yang kurang analisis mendalam ,,
aku coba di SMK dulu.
setuju karo mas arifin,..aqu sich ra sekolah,tapi bisa membedakan masyak sarjana teknik sipil kalah sama anak SMK?SING BENER WAE MAS?sarjanane lulusan mana mas?digebyar uyah,…!!!
Anak lulusan SMK itu ya nggambar(bukan konsep/rancang) sama
ngawasin tukang saja, tapi tidak utk bikin konsep dan analisis perhitungan struktur yang matematika diferensialnya saja susun tiga hehehehe….lulusan SD kalau jadi pengusaha/boss juga pasti hebat, bisa bayar puluhan Insinyur……jadi tidaklah pas membandingkannya
Kalau menurut saya semua itu dari masing orang,,, siapa dia yang bersungguh” dialah yang akan berhasil ‘contoh simple nya saja’ dari pengalaman saya di lapangan ada seorang pemborong yang hanya lulusanya SD saja memiliki seorang anak buah sarjana teknik sipil ‘ dan semua itu tergantung dari masing” orang yang ingin berusaha.
semestinya kita tdk hrus membanding2kan kemampuan yg mn STM at S1 pada prinsipnya ilmu yg kita miliki tergantung bagaimana kita menseriusinya dlm konteks keilmuan kita dan bsa kita implementasikan di lapangan tentunya kerjasama yg baik dlm mengisi kekurangan atau kelebihan kita msg2, memang sih sarjana butuh waktu 4-5 thn dlm memperdalam kemampuannya tentu ilmu yg di serap sungguh luar biasa tp kita kan tdk selamanya teori tentu prakteknya jga nah disilah letaknya perbedaan kalau STM waktu yg 4-5 thn itu di pergunakan lngsung praktek lapangan dlm arti sdh kerja pengalamannya di lapangan sdh cukup matang nah kalau jg tdk ada pembanding artinya analisis dlm lapangan mka biasanya banyak terjadi eror siapa itu tentu Para Sarjana2 Tehnik, jdi pd intinya KERJA SAMA YG BAIK jgn sling menutupi Ilmu yg dimiliki sbb tdk akan ketemu dlm pencapaian Kerja bila kita di dlm sebuah perusahaan.( maaf skedar info saya STM thn 93, thn 94 smpai skrg msh bergerak di bdang jasa. dri BUMN, kontraktor lokal hingga jasa Konsultan sy geluti, tentu kemampuan yg kita miliki bkn hanya bgtu sj kita tau tntu Kita harus berkaloborasi dgn Sarjana2 tehnik yg handal n banyak membaca buku2 panduan ( TEORI DAN PRAKTEK SEJALAN MAKA INSYA ALLAH KESUKSESAN DI GENGGAMAN KITA) Mari BELAJAR..BELAJAR.. DAN BELAJAR….jadilah kita Ibarat PADI ” semakin subur buahnya semakin dia menunduk..” dia selalu bersyukur kepada sang kuasa atas anugrah yg di berikan..
Oh yaaa? Lihat dlu waktu kuliah yang sarjana bener atau tidak? Kampusnya dimana? Kerja prakteknya apa? Kemampuan seseorang dapat dilihat sejak dia belajar, dan menangkap apa yg di ajarkan guru dan dosennya.