jalan dan jalur satwa

Jalan dan Jalur Satwa

Oleh Iden Wildensyah

Do not wait; the time will never be “just right.” Start where you stand, and work with whatever tools you may have at your command, and better tools will be found as you go along. (Napoleon Hill)

Pembangunan jalan raya adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi pelbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowong, bahkan juag pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan penebasan hutan). Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini.

Jalan raya dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan raya, komoditi dapat mengalir ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran di luar wilayah itu. Selain itu, jalan raya juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang lintasannya. Contohnya, di pertengahan lintasan jalan raya utama yang menghubungkan bandar-bandar besar, penduduk setempat dapat menjual makanan kepada sopir truk yang kerap lewat di situ.

Pembangunan jalan raya sekarang sedang berlangsung dibeberapa daerah di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Di Pulau Jawa misalnya ada proyek besar pembangunan jalan lintas selatan yang sangat fenomenal. Menurut data Bina Marga, jalan lintas selatan Pulau Jawa direncanakan untuk mengubungkan 5 provinsi di Pulau Jawa, yaitu Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur, yang dimulai dari Labuan (Banten) hingga Banyuwangi (Jawa Timur) sepanjang 1.556 km, dengan panjang pada masing-masing provinsi adalah Banten 128 km, Jawa Barat 419 km, Jawa Tengah 190 km, Daerah Istimewa Yogyakarta 157 km, dan Jawa Timur sepanjang 662 km. Pada tahun 1997-1998 telah dilakukan pra-feasibility study yang dilanjutkan dengan feasibility study pada tahun 2000-2001, kemudian studi AMDAL tahun 2002, desain dan pelaksanaan konstruksi tahun 2002-2007. (Taufik Widjojono, 2008).

Lalu di Kalimantan ada proyek fenomenal yang bernama Trans Kalimantan. Ruas jalan Trans Kalimantan Poros Selatan yang membentang sejauh 820 kilometer. Jalan Trans Kalimantan Poros Selatan ini melintas di delapan kabupaten/kota di Kalimantan Tengah, mulai dari Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Kota Palangkaraya, Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, Kotawaringin Barat, hingga Lamandau.(Kompas, 2009)

Jalur Satwa

Pembangunan jalan ini memang sangat fenomenal, jalan yang baik akan meningkatkan perekonomian daerah secara langsung. Adanya akses jalan yang menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lainnya memungkinkan jalur distribusi barang dan jasa menjadi lancar, dengan demikian secara langsung interaksi antara masyarakat satu daerah dengan daerah lainnya akan terjalin dengan baik. Tetapi jangan dilupakan juga sisi lain yang harus diperhatikan, jalur satwa.

Dalam lingkup ekologi tentang tata ruang ada sebuah hal yang harus diperhatikan oleh perencana, namanya koridor. Bukan dalam pengertian Bahasa Inggris Corridor yang berarti gang atau jalan beratap yang menghubungkan dua gedung atau ruang memanjang diantara kamar-kamar hotel. Tetapi tentang koridor atau ruang yang selalu patuh terhadap aturan alam. Koridor ini menyangkut jalur-jalur satwa. Misalnya sebuah hamparan sawah, didaerah atasnya selalu ada ‘babakan’ yaitu tempat manusia membuat perumahan. Di samping babakan lebih atas lagi ada hutan yang menyediakan kebutuhan air.

Ketiga ruang ini, hutan, ‘babakan’ dan sawah, ada jalur satwa yang tidak bisa dihilangkan. Misalnya peredaran musang yang turun dari hutan, ke babakan lalu ke sawah, ke rawa dll. Ketika jalur musang ini di rekayasa dengan kondisi yang sangat baru, jalan raya misalnya, pada satu kondisi akan membingungkan jalur musang yang sudah biasa dilewati. Kalau musang yang biasa mencari mangsa di bawah lalu kebingungan mencari jalur biasa, maka akan terjadi ketidakseimbangan ekologi.

Adanya pembukaan jalan terutama yang membelah kawasan hutan, disamping telah menyebabkan terputusnya jalur dan koridor satwa, juga telah menimbulkan rentangnya konflik satwa liar dengan manusia. Telah terjadinya perubahan perilaku dan perpindahan satwa yang mulai menjauh dari jalan tembus serta rentannya penyebaran penyakit terhadap satwa liar. Selain terancam oleh gangguan warga sekitar. Akibat adanya suara klakson dari mobil yang melintasi menyebabkan populasi mereka tidak mengalami penambahan.

Solusi

Ir Kurnia Rauf (Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan/ TNBBS) mengusulkan beberapa point penting perihal jalur satwa tersebut, diantaranya melakukan upaya rekonstruksi ruas jalan untuk memberikan akses pelintasan satwa. Adanya kesepakatan bagi pengguna jalan untuk memberikan kesempatan satwa menggunakan 2 bagian habitat yang terpisah, selain adanya kerjasama pengelola jalan secara berkolaborasi. Diperlukan sebuah pedoman dalam pengembangan dan manajemen jalan dalam kawasan konservasi. Cara yang dapat ditempuh melalui pembuatan jembatan penyeberangan satwa, canopy crossing, underpass, zebracross dan manajemen jalan yang baik.

Tentu saja, implementasi jalur satwa untuk melindungi satwa disekitar jalan yang dilewati harus berdasarkan kajian yang konprehensif. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) jangan hanya dijadikan dokumen proyek untuk pelengkap saja, begitu juga penyusunan dokumen AMDAL-nya harus menyeluruh, terintegrasi dengan semua elemen lingkungan dan diimplementasikan. Selanjutnya melakukan pengamanan dan monitoring secara intensif yang melibatkan berbagi pihak di jalur yang dilewati proyek pembangunan jalan raya.

One Response

  1. Ary 27 July 2012

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.