Proyek konstruksi sudah lama dikenal sebagai proyek yang kotor, yang membuat lingkungan di sekeliling proyek menjadi kumuh dan berantakan. Banyaknya aktivitas, peralatan, pekerja, dan material, membuat lokasi konstruksi menjadi tidak rapi. Peralatan dan , stok barang yang ditempatkan disembarang tempat, sisa-sisa material yang bertebaran, dan tentu saja sampah yag dihasilkan dari para pekerjanya,Kondisi kerja yang seperti ini membuat kenyamanan, keamanan, dan keselamatan para pekerja konstruksi berkurang. Sisa-sisa bongkaran yang dapat membahayakan pekerja, sisa material ringan yang dapat tertiup angin dan menyebar keluar lokasi proyek, terganggunya aktivitas kerja karena ruang gerak yang terbatas, dan sebagainya pada akhirnya juga menggangu keberlangsungan proyek itu sendiri. Oleh sebab itu , dalam perkembangannya belakangan ini, dalam suatu proyek konstruksi diterapkan sistem housekeeping. Menurut pengertiannya housekeeping artinya adalah suatu proses sistemik untuk membuat rumah rapi dan bersih
Oleh para kontraktor, system housekeeping merupakan bagian dari manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Semua yang berhubungan dengan K3 memang terlihat sepele dan banyak yang mengabaikannya, namun apabila diabaikan, akibat yang ditimbulkannya bisa sangat fatal.
Housekeeping pada proyek konstruksi
Konsep housekeeping diartikan orang Jepang dengan singkatan 5 S yaitu :
1. (seiri=ringkas)
2. (seiton =rapi)
3. (season=resik)
4. (sciketon=rawat)
5. (shitsuke=rajin)
Ada beberapa checklist yang biasanya dipakai untuk mengontrol housekeeping di suatu proyek,yang dibagi menjadi beberapa kategori, Kontrol housekeeping sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor di level manajemen yang biasanya diwakili oleh satu manajer K3/SHE (Safety, Health, and Environment). Diantara checklist yang ada yaitu:
Untuk area kerja:
1. Adanya akses yang aman untuk semua pekerja.
2. Lantai kerja yang aman dari cairan yang membuat lantai licin dan apabila lokasi merupakn lokasi basah, seberapa seringkah tempat itu dibersihkan.
3. Jalan akses yang bersih dari sisa-sisa material yang mengganggu
4. Semua sisa bongkaran dibersihkan dari lokasi proyek dan sekitarnya serta ditempatkan pada tempat yang disediakan.
Material dan Penyimpanan
1. Barang yang tidak digunakan harus selalu disimpan pada tempatnya.
2. Gudang material harus selalu bersih dari material sisa.
3. Material ringan yang mungkin bias tertiup angin disimpan pada tempat tertutup/aman.
4. Sisa-sisa yang bisa menghasilkan debu harus disingkirkan dari lokasi.
Sampah
1. Tempat sampah harus ada di seluruh lokasi proyek dan dibersihkan secara berkala.
2. Ada sarana untuk membuang sampah dari lantai atas ke bawah.
3. Ada tempat untuk menampung sisa-sisa material cair.
4. Semua sampah yang dihasilkan proyek harus diproses sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5. Ada tempat khusus untuk sampah yang mudah terbakar.
6. Ada jadwal rutin pembersihan sampah-sampah yang tersebut di item 5.
7. Sampah yang mudah terbakar harus ditempatkan tersendiri di lokasi yang aman.
Selain adanya chechklist, untuk meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya housekeeping, secara rutin harus diadakan toolbox meeting untuk mensosialisasikan item-item housekeeping kepada para pekerja. Para mandor juga dilibatkan dalam penerapan housekeeping dengan menunjuk mereka sebagai safety inspector. Dengan menerapkan system ini, diharapkan lokasi proyek menjadi lebih nyaman dan tentunya lebih aman bagi semua yang ada di dalamnya.
Referensi:
Housekeeping pada proyek konstruksi
federated.ca, sgdins.com, wikipedia.org, groups.yahoo.com, news.inconstruction.org/August2009/090805/ToolboxTalk_0805.pdf, ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/cklstcon.html
bagaimana cara membuat penawaran untuk pemeliharaan gedung, AC jangka waktu ! thn utk pemeliharaanx dan harus mencakup keseluruhan dr gedung tersebut. trims