Pemeriksaan rutin terhadap beton pada suatu kontruksi sangat diperlukan mengingat masa pelayanannya yang terus bertambah serta pengaruh iklim, cuaca, dan lingkungan. Pemeriksaan ini selayaknya harus dilaksanakn secara berkala agar kita bisa mengetahui besar ketahanan kontruksi beton pada masa rentang waktu tertentu.
Pemeriksaan terhadap bangunan yang memiliki kontruksi beton ini biasanya diutamakan untuk bangunan yang menjadi kebutuhan khalayak ramai seperti pasar, sekolah, rumah sakit, hotel, kantor dll. Pelaksaan pemeriksaan ini ditugaskan pada suatu lembaga inspeksi teknis yang ditunjuk. Tugas utamanya adalah mempersiapkan pemeriksaan serta menganalisa data- data yang didapatkan sehingga diperoleh suatu rekomendasi yang dapat digunakan untuk renovasi misalnya atau untuk memperkirakan kondisi dari bangunan tersebut di masa yang akan datang.
Dalam kegiatan pemeriksaan ini dilakukan beberapa tahap kegiatan dengan maksud pemeriksaan yang akan dilakukan nanti sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada pada bangunan tersebut.
Adapun tahap-tahap yang dimaksud antara lain :
- Melakukan pengamatan atau pemeriksaan secara visual terhadap bagian-bagian bangunan yang mengalami gejala kerusakan atau kerusakan yang telah terjadi dan mencatat jenis kerusakan, tingkat kerusakan dan pola kerusakan.
- Mengelompokkan bagian – bagian dari bangunan tersebut berdasarkan bagian yang rusak dan yang tidak rusak, kemudian menandai bagian yang rusak untuk dilakukan pemeriksaan nantinya.
- Membuat sketsa bagian – bagian dari bangunan yang rusak, melakukan pemotretan dan mendeskripsikan jenis kerusakannya.
- Menetapkan metode pemeriksaan yang perlu dilakukan nantinya dengan melihat kondisi dan situasi dari daerah yang mengalami kerusakan. (metode – metode ini akan dibahas pada artikel selanjutnya)
- Melakukan langkah-langkah re-design jika diperlukan
Memberikan rekomendasi terhadap pemilik bangunan untuk melakukan perbaikan pada bagian – bagian yang dianggap perlu dan menunjukkan metode perbaikan yang sesuai dengan jenis kerusakannua serta menjelaskan jenis material yang harus digunakan.
Metode yang biasa dilakukan dalam melakukan pemeriksaan terhadap kontruksi beton sebuah bangunan ada dua macam, yaitu :
- Metode pemeriksaan tanpa merusak (Non Destructive Test/NDT)
- Metode pemeriksaan dengan merusak (Destructive Test)
Metode pemeriksaan dengan cara tidak merusak adalah suatu metode pengujian terhadap konstruksi beton (atau konstruksi baja) dengan tidak melakukan perusakan baik secara struktural maupun nonstruktural untuk pengambilan sampel uji atau pengujian langsung di lapangan. Sedangkan untuk pemeriksaan dengan cara merusak adalah suatu pengujian terhadap kontruksi beton (konstruksi baja) dengan melakukan perusakan baik secara struktural maupun nonstruktural. Untuk metode dengan cara merusak ini pihak peneliti atau pihak pemilik bangunan kurang begitu menyukai untuk dilakukan. Selain biayanya yang lebih mahal juga pelaksanaan pengujiannya sukar dan lama karena harus diuji lagi di laboratorium.
Dalam melakukan pemeriksaan pada bangunan kontruksi beton dilakukan beberapa pemeriksaan/pengujian secara tak merusak dan merusak seperti :
- Pengujian untuk mengukur laju korosi pada tulangan beton dengan alat Potential Meter.
- Pengujian untuk mengukur tingkst karbonasi dengan alat uji karbonasi
- Pengujian untuk mengukur tegangan karakteristik beton dengan alat Schmidt Hammer Test (NDT)/BS 1881-202;ASTM C805
- Pengujian utnuk mengukur kepadatan beton, kedalaman retakan dengan alat Ultrasonic Tests/UVP (NDT)/BS 1881-203;ASTM C597
- Pengujian untuk mengukur tegangan karakteristik beton dengan alat Windsor Probe Tests (NDT)
- Pengujian untuk mengambil sampel dengan alat Core Drilled Test (DT) yang akan diukur tegangan karakteristik beton.
Alat – alat yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan ini kebanyakan merupakan alat yang dipakai pada standar ASTM Amerika Serikat dan alat – alat ini masih didominasi oleh alat yang digunakan untuk metode pemeriksaan tanpa merusak (Non Destructive Test).
yth,
perusahaan kamu memerlukan pemeriksaan ketebalan dan kondisi concret under water (1-2 m dari permukaan laut) dan pemeriksaan Rebar Cover
apakah kami dapat mengdapt infonya.
terima kasih
selamat malam. dalam pemeriksaan dan pengujian kuat tekan beton dalam pekerjaan yang kami lakukan (beton yang direncanakan adalah K175), petugas penguji yang melakukan pengujian menggunakan hammar test dalm menguji kuat tekan beton. dalam kesimpulan laporannya menyatakan bahwa beton yang dikerjakan tidak sesuai engan yang direncanakan, karena bacaan alat (hammar test) tidak mencapai angka 20, seharusnya mencapai angka 25 sampai 30 dan beton yang dikerjakan setera dengan spesifikasi mostar biasa. pertanyaannya adalah
1. apakah pengujian dengan hammar test dapat mengetahui kualitas beton sesungguhnya
2. untuk beton k-175, berapa angka bacaan pada alat uji (hammar test) yang harus dicapai dalam pengujian
terima kasih atas penjelasannya