Akhir-akhir ini kita dicekoki dengan sebuah paket budaya yang dibungkus dengan kemasan gemerlap nan indah sehingga semua tertarik untuk melirik, mendekat, memegang dan mulai menggunakanya. Budaya tersebut berjudul “ORANG KAYA ADALAH BANYAK HARTA”, hal itu seakan benar sehingga kita beserta ratusan atau bahkan jutaan orang berlomba-lomba untuk bisa meraih label tersebut. Dari mulai bersaing memakai pakaian terbaik, membangun rumah nan megah, kendaraan nan mewah, keluarga dengan titel pendidikan tinggi berjejer, bermacam perjuangan dilalui sehingga diri seringkali merasa lelah, selanjutnya ketika jalan halal tidak kunjung membuahkan hasil maka tak jarang larinya ke hal-hal tidak baik seperti korupsi, pencurian dan bermacam tindakan tercela lainya. Pada kenyataanya semakin banyak harta maka yang ada justru semakin merasa kurang dan jauh dari rasa cukup, lalu sebenarnya langkah apa yang seharusnya dilakukan! mungkinkah ada cara kaya meskipun tanpa harta? jawabanya pasti ada, hanya saja kemungkinan kita belum tahu atau sudah mengetahui tapi begitu berat untuk menjalankanya. untuk itu mari kita bahas lebih lanjut 🙂
Pada kenyataanya kita semua adalah orang kaya, dan yang memberikan label miskin adalah diri kita sendiri karena Allah SWT Tuhan maha kaya yang sekaligus maha pemberi sudah memberikan nikmat kekayaan yang sangat banyak sekali sehingga tak terhitung jumlahnya
Bukti bahwa banyak harta belum tentu kaya
- Orang kaya berarti merasa cukup atau bahkan lebh sehingga dapat membagikan kelebihan tersebut kepada orang lain. kenyataanya justru yang lebih bisa memberi adalah orang-orang yang hidupnya kekurangan harta, sebaliknya yang bergelimang harta justru banyak perhitungan ketika akan memberikan sesuatu sehingga menjadi orang pelit.
- Para pejabat yang melakukan korupsi adalah orang-orang yang sudah bergelimang harta, lalu kenapa masih harus berkorupsi lagi? jawabanya adalah karena masih menganggap diri sebagai orang miskin.
- Bagi yang sedikit harta maka akan lebih berpeluang besar untuk merasakan nikmatnya makan meskipun menunya biasa saja, sebaliknya yang banyak harta justru punya banyak pantangan makanan sehingga tidak lagi bisa menikmatinya.
- Yang namanya rezeki itu adalah apa yang sudah masuk ke tenggorokan. jadi rumah, mobil, pakaian dan sejenisnya itu belum tentu milik kita, bisa jadi itu adalah rezekinya anak cucu dan kita hanya bertugas menjaganya .
- Bukti yang lain silahkan dicari dan kalau sudah ketemu bisa berbagi ilmu disini.
Dengan menulis artikel ini bukan berarti penulis menyuruh untuk tidak mempunyai banyak harta, tentu saja akan lebih baik jika bergelimang harta sekaligus merasa kaya sehingga dapat menggunakan harta tersebut sebagai alat untuk menebar manfaat.
Jadi permasalahanya hanya terletak pada jalan mana yang kita gunakan untuk menggali kekayaan tersebut, Misalnya kita punya sebuah tanah pekarangan yang didalamnya tersimpan harta karun berlimpah, kita tahu bahwa yang namanya harta karun itu seringkali terpendam jauh didalam tanah. Namun seringkali kita tidak tahu lokasi harta karun tersebut sehingga mencari cara lain untuk memperindah tanah pekarangan. meletakan bermacam hiasan diatas tanah tersebut sehingga setiap orang yang memandangnya bisa bilang wah, namun pada kenyataanya pandangan orang-orang tersebut hanyalah semu karena selamanya kita tidak akan pernah menemukan harta terpendam yang seharusnya lebih bermanfaat. Nah.. bila kita ibaratkan harta karun itu adalah diri kita maka kita akan tahu bahwa yang harus kita gali dan kita bangun adalah diri, bukanya menghiasnya dengan aneka macam sampul kemewahan harta yang tidak akan pernah bisa mengantarkan kita sebagai orang kaya, jadi mari kita gali kekayaan tersebut 🙂
Makasih mas, artikel yg bagus, membuka mindset orang agar dapat bersyukur dan berbagi dengan sesama.
sipp..
mengingatkan qt untuk tdk lupa bersyukur.