”Peucang Ramay” berasal dari bahasa sunda, definisi ini lebih fokus pada anyaman yang dibuat untuk mengikat batuan. Karena kalau diartikan secara etimologis, ”Peucang” berarti kancil binatang yang cerdik dalam cerita anak-anak, ”Ramay” berarti menggambarkan benda yang menggantung dari atas ke bawah. Bendung ini digunakan masyarakat Cikopo, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat turun temurun dari dahulu untuk mengalirkan air sungai ke pemukiman serta sawah-sawah dan ladang-ladang penduduk. Dikerjakan secara bergotong royong sehari penuh. Setiap ada keluhan air tidak mengalir ke pemukiman maka penduduk menelusuri aliran sampai ke bendung tersebut.
Pada prinsipnya pembangunan bendung ”Peucang Ramay” sama dengan bendung-bendung lainnya, dibuat di hulu sungai atau permukaan yang lebih tinggi yang memungkinkan mengalir melalui daerah yang akan di airi.
Material bendung ini terdiri dari bahan-bahan yang terdapat di sekitar lokasi. Beberapa di antaranya adalah:
– bambu haur, memiliki struktur yang kuat dan tahan lama, daya adaptasi terhadap perubahan tinggi, tidak cepat mati bahkan bisa tumbuh.
– bambu tali, memiliki keistimewaan liat ketika di sayat dan dan tidak cepat kering kalau sudah di ikatkan.
– batu kali, disesuikan dengan kebutuhan di lapangan.
Bagian-Bagian Bendung
Bendung Peucang Ramay terdiri dari beberapa bagian yang menjadi satu kesatuan utuh sehingga membentuk sebuah bendung. Bagian-bagian itu antara lain:
- Karang hulu adalah bagian bambu yang jadikan patokan serta pegangan untuk menambatkan anyaman.
- Cagak, adalah dua buah bambu haur yang diikat menyilang untuk menahan bendung dari arus air, fungsinya menjaga stabilitas bendung, selain dipasang bersilangan menopang karang hulu, cagak juga di ikat sama tali bambu ke belakang untuk menambah kekuatan bendung.
- Salasar, adalah bambu haur yang diikat dibawah berfungsi sebagai penambah kekakuan anyaman untuk posisi bawah bendung.
- Tali anyaman, adalah bambu tali yang di rangkai sedemikian rupa sehingga membentuk sistem saling mengikat satu sama lain.
Bendung “Peucang Ramay” merupakan salah satu bentuk rekayasa sungai yang dilakukan secara tradisional dan ramah lingkungan. Bendung ini menjadi ramah lingkungan karena mempunyai dampak yang berkelanjutan disamping ekonomis karena tidak memerlukan biaya yang mahal, bendung ini juga padat karya karena mengutamakan kerjasama dan kekeluargaan masyarakat desa. Penggunaan materialnya pun ramah lingkungan, di ambil dari alam tanpa harus mengganggu kondisi ekologi setempat. Bendung ini memungkinkan ikan bermigrasi ke hulu, menjadi media bersarang dan berkembang biak di hulu bendung. Selain digunakan untuk bendung, “Peucang Ramay” juga bisa diaplikasikan pada beberapa kebutuhan teknis, seperti krib penahan arus dan perkuatan lereng sungai.